menu

Selasa, 24 Januari 2012

BEBERAPA SEBUTAN MANUSIA DALAM AL-QUR`AN

1. Basyar
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk yang lain. Dengan demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam pengertian ini disebutkan di dalam al-Qur’an sebanyak 35 kali dalam berbagai surat. Diantaranya terdapat dalam surat al-Abiya’: 2-3, al-kahfi: 110, Ibrahim: 10, hud:
26, al-Mukminun: 24 dan 33, as-Syu’ara’: 93, yasin: 15, Al-Isra: 93 dan lain-lain. Dalam ayat-ayat tersebut terlihat bahwa manusia dalam arti basyar adalah manusia dengan sifat-sifat kematerianya.
2. An-Nas
Dalam al-Qur’an manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas menunjukan pada jenis keturunan Nabi Adam as. Diantaranya terdapat dalam surat al-hujurat: 13,
3. Al-Ins/al-Insan
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak lawan dari binatang liar, harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Kitab suci al-Qur’an – seperti yang ditulis Bint as-Syathi’ dalam al-qur’an wa Qadhaya al-Insan – sering kali memperhadapkan insane dengan jin/jan. jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah.
Kata insan, digunakan al-qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara satu dengan yang lainya akibat perbedaan fisik, mental, intelektual dan juga spiritual.
4. Duriyat Adam/Bani Adam
Al-Qur’an tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikanya dalam konteks ini hanya (1) bahan awal manusia adalah tanah, (2) bahan tersebut adalah disempurnakan, (3) setelah proses penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh ilahi [QS Al-Hijr, 15: 28-29; Shad, 38: 71-72].
Ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Qur’an menunjuk kepada sang pencipta dengan menggunkan pengganti nama berbentuk tunggal:
)إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِنْ طِينٍ) (صّ:71)
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. (QS Shad, 38: 71)
)قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ) (صّ:75)
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang Telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. (QS Shad, 38: 75).
Tetapi ketika berbicara tentang reproduksi manusia secara umum, Yang Maha Pencipta ditunjuk dengan menggunkan bentuk jamak. Hal ini dapat dilihat dalam QS at-Tin: 4.
)لَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ) (التين:4)
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .(QS. At-Tin: 4).
Hal ini untuk menunjukan perbedaan proses kejadian manusia secara umum dan kejadian Adam AS. Penciptaan manusia secara umum, melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu bapak dan ibu. Keterlibatan bapak dan ibu mempunyai pengaruh menyangkut bentuk fisik dan psikis anak, sedangkan dalam penciptaan Adam, tidak terdapat keterlibatan pihak lain termasuk ibu dan bapak.


Tidak ada komentar: