menu

Sabtu, 28 Januari 2012

PERANAN ISLAM TERHADAP RI

Tak bisa dipungkiri betapa besarnya peran pemimpin Islam dalam memberikan nilai-nilai Islam dalam proses pembentukan Dasar Negara dan Pancasila. Dan Pancasila yang dijadikan dasar filosofi negara Indonesia sekarang ini merupakan  hasil kompromi dan jiwa besar pemimpin Islam di awal kemerdekaan. Bagaimana selanjutnya pemahaman Pancasila sehingga Islam sering bertabrakan dengan pemerintah? Dan bagaimana seharusnya pemeritah bersikap terhadap ummat Islam yang senantiasa berjuang merealisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan ?

Memang, ummat Islam Indonesia mempunyai sumbangan yang sangat besar dalam proses Formulasi negara landasan ideologi negara, yaitu Pancasila. Kita bisa melacak dari masa perumusan tentang dasar-dasar landasan ideologi negara.ini merupakan proses yang panjang.
Tentang rumusan Pancasila dan negara itu sendiri  berangkat dari mulai masa the founding fathers kita dalam mempersiapkan negara republik ini, mempersiapkan kemerdekaan. Terutama pada akhir kedudukan Jepang itu saat-saat yang penting dalam sejarah kita. Kita bisa melihat rumusan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di mana disitu merupakan rumusan tentang bagaimana pemimpin-pemimpin kita menyusun satu preambule atau pembukaan tentang konsep kemerdekaan negara dan dasar-dasar negara yang sangat historis dan penting dalam sejarah pembentukan negara dan dasar-dasar negara, flasafati negara.
            Sebetulnya, pada waktu itu kembali pada konsep negara dengan landasan agama. Pada dasarnya, kalau kita runtut, sejak awal masyarakat Indonesia ini memang mayoritas Islam. Sehingga dalam proses pergulatan dengan penjajah juga masyarakat Islam tentu saja bagian paling besar dalam melakukan reaksi terhadap pemerintah kolonial. kita lihat peranan dari masyarakat Indonesia secara lokal maupun nasional untuk perang atau protes dari wilayah-wilayah yang sebagian besar dimotori dan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin agama yang dilandasi perspektif keagamaan abad ke-14 sampai ke-19, yakni agama Islam.
Kemudian, memang pemerintah Belanda sendiri menyadari bahwa ditanah jajahannya menghadapi sekelompok masyarakat yang merupakan satu kekuatan laten, yaitu kekuatan dari kelompok masyarakat Islam yang memang yang  menjadi kekuatan dari perang-perang besar, seperti di Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan, Jawa, dan lain-lain. Itu semua berlandaskan, berlatar dari semangat keagamaan. Maka yang terkenal pada abad ke-19 yang lalu itu pemerintah Belanda membuat suatu strategi menghadapi masyarakat jajahan, terutama masyarakat Islam. Tokohnya Snouck Horgroune yang mempelajari masyarakat Islam dengan kekuatan-kekuatannya. Yang akhirnya strategi politik Belanda terhadap ummat Islam itu yaitu perlu memisahkan Islam sebagai agama dan Islam sebagai kekuatan politik. Karena, kalau itu menjadi satu bisa membikin kekuatan.
            Saran Snouck Hourgroune pada masa pemerintahan Belanda “Kalau Islam sebagai agama perlu diberi keleluasaan tetapi kalau islam sebagai kekuatan politik itu harus di cegah”. Tentu saja hal ini membuat pemimpin-pemimpin islam, terutama pada masa pergerakan nasional, sadar bahwa politik Belanda terhadap islam merugikan pergerakan islam karena ingin memisahkan hahekat dasar Islam yang tidak bisa dipisahkan dua-duanya. Yang dikembangkan seperti yang bersifat keagamaan karena ini tidak berbahaya. Seperti ke mistik, tadarrus, yang murni hubungan manusia dengan Tuhan. Tetapi segi-segi yang berbau politik itu diawasi betul.
            Dengan kondisi seperti itu, pemimpin Islam tidak tinggal diam, Islam agama Rahmatan Lil Alamin agama yang menciptakan perdamaian itulah yang selalu dijunjung tinggi oleh para pemimpin Islam. Meskipun pergerakan pemimpin Islam diawasi, hal tersebut tidak menyurutkan semangat pemimpin Islam untuk kemerdekaan Indonesia.  Oleh karena itu, pada masa pergerakan, pemimpin-pemimpin Islam menjadi lebih tergugah bahwa satu-satunya yang bisa membebaskan yaitu kemerdekaan. Lalu, ini menjadi satu harapan yang sangat pokok dalam pergerakan Islam. Oleh karena itu, pada masa Jepang, di mana pemerintah Jepang bisa menyingkirkan Belanda, pemimpin-pemimpin Islam mempunyai harapan bahwa itu satu fase yang dinanti-nantikan.
Jepang dalam hal ini memberi angin kepada islam dengan merangkul islam. Dan pada masa inilah para pemimpin Islam merasa mempunyai saat penting untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membangun negara yang merdeka di mana masyarakatnya bisa menunaikan bernegara dan beragama. Dan oleh karena itu lahir Masyumi. Dan cita-cita untuk mempersiapkan kemerdekaan sudah menjadi impian, bayangan, dan harapan betul lengkap.
            Pihak kolonial berupaya menggagalkan segala upaya untuk menciptkan Indonesia merdeka, siasat yang ditanamkan telah tercium oleh para pemimpin Islam, Islam mengenal politik sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian, politik yang dimaksud bukan politik untuk mempengaruhi orang secara paksa dan merugikan orang lain, namun politik bagaimana caranya agar kedua belah pihak menyadari akan kebutuhan bersama tanpa ada pihak yang dirugikan. Kenyataannya politik islam sering dilupakan yang  ada adalah politik kolonial, yakni dengan segala upaya mempengarui orang lain agar mengikuti kehendaknya.
            Itu  semua diteruskan pada bulan-bulan Maret sampai Juli1945, dimana saat Jepang sudah mengalami kekalahan dan memberi isyarat bahwa nanti akan menyerahkan kekuasaanya dan Indonesia bisa merdeka. Pemimpin-pemimpin pada waktu itu berpandangan nasionalis semua. Dan itu bisa kita bedakan antara nasionalis Musim, nasionalis sekuler, dan nasionalis non Muslim, rupanya pada waktu mereka telah mempersiapkan untuk membentuk gambaran negara apa yang akan dibangun nanti. Kemudian sampai pada dasar negaranya apa dan perangkat-perangkat lainnya. Itu menjadi isu yang pokok. Dan yang terkenal adalah terbentuknya BPUKI.
            Dalam makalah ini akan diuraikan tentang seberapa besar peranan pemimpin Islam dalam perumusan dasar negara, aspek moral pancasila, kontroversi setelah terbentuknya dasar negara, pengamana Pancasila, dan peranan pemerintah terhadap produk hukum yang tidak bertentangan dengan aspirasi Islam.
           

Tidak ada komentar: